Stunting masih menjadi permasalahan utama diIndonesia. Menurut RPJMN 2020-2024, Indonesia memiliki target nasional pada 2024 dapat menurunkan prevalensi Stunting hingga 14%. Namun, saat ini Indonesia baru mencapai penurunan 1,6% tiap tahun dengan kondisi penurunan yang tidak stabil.
Muta’azziyah Faiyatul Lestari, seorang mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro 2023 melihat permasalahan bahwa kasus Stunting mengalami pertambahan setiap 7 bulan di Desa Blimbing dan masih banyaknya ibu beranggapan bahwa anak/ balitanya lebih pendek dari usianya adalah faktor genetik sehingga tidak memerlukan penanganan lebih lanjut. Oleh karena itu, perlu adanya pemberian edukasi pada ibu-ibu mengenai tanda Stunting dan bagaimana upaya pencegahan yang dapat dilakukan.
Pemberian edukasi dilakukan dua kali pada kegiatan ibu – ibu P2K2. Hari pertama dilakukan pada tanggal 8 Juli dirumah Ibu Casmuti RT 03 RW 02, pukul 10.00 – 12.00 WIB. Hari kedua dilakukan pada tanggal 10 Juli dirumah Ibu Cicik Septriani RT 01 RW 01 pukul 13.00 – 15.00 WIB. Materi yang diberikan berupa pengertian Stunting, penyebab Stunting, dampak Stunting, cara pencegahan dan penanggulangan Stunting sesuai dengan program Kemenkes yaitu pesan ABCDE Bebas Stunting.
Stunting adalah kondisi dimana tinggi badan anak lebih pendek dari anak dengan usia yang sama, dengan nilai Z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) berdasarkan standar pertumbuhan mencapai kurang dari -2 standar deviasi (SD). Pada kondisi Stunting dapat terjadi gangguan pada proses pematangan neuron otak serta perubahan struktur dan fungsi otak yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada perkembangan kognitif. Kondisi ini menyebabkan kemampuan berpikir dan belajar anak terganggu.
Antusiasme ibu-ibu terlihat setelah pemaparan materi, banyaknya ibu-ibu yang bertanya mengenai materi yang sudah diberikan. Harapannya setelah adanya program ini, para ibu-ibu di Desa Blimbing menjadi lebih paham mengenai Stunting dan cara mencegahnya sehingga angka kasus Stunting di Desa Blimbing menurun.